
Setidaknya pada
dua kali musim kemarau lima tahun terakhir, kita mengalami gangguan asap yang hebat
sampai-sampai negara tetangga Malaysia dan Singapurapun mengeluhkan transboundaryasap. Di negara kita malah dianggap menjadi kejadian yang biasa
sekali pun pada gangguan asap ekstrim seperti tahun 2015 yang lalu dan 2019
barusan tak ayal sekolah pun harus diliburkan, mulai terasa menggangu pada
penglihatan atau terasa pedih di mata, gangguan pernafasan pada beberapa orang
yang sensitifpada kemampuan pernafasan dan sebagainya.
Adanya asap dan kalau sudah se-ekstremdua tahun dimaksud
kerugian pada sektor pertanian pun lumayan juga disebabkan fotosintesis yang
berlangsungpada tanaman tak berlangsung secara normal lagi.
Fotosintesis mutlak
membutuhkan sinar matahari pada panjang gelombang tertentu agar
prosesnya bisa berlangsung baik. Seperti diketahui mekanisme fotosintesis-lah
yang menjamin pertumbuhan tanaman. Apabila proses pertumbuhan terganggu selama
satu sampai dua bulan di mana asap akan menghalangi sinar matahari langsung maka hampir dipastikan akan terjadi penurunan produksi
demikian diutarakan seorang pakar pertanian yang tak bersedia menyebutkan
namanya.
Bagaimana rupanya gangguan asap
ekstrim 2015 dan 2019 itu? Bila kita cukup diberi oleh Yang Maha Kuasa sekedar
mengingat fenomena asap di 2015 dan 2019 barusan, sangat mudah menyaksikan semua
itu di layar Televisi, tayangan berita mewarnai berbagai liputan berbagaikesibukan
yang amat sangat dari regu-regu pemadam api pada lahan-lahan yang sedang terbakar,
para pejabat pemerintah yang berwenang tampak sangat galau, program hujan
buatan hingga aktivitas pendayagunaan doa-doa serta usaha pawang hujan pun dilakukan atau setidaknya semua
upaya yang dianggap cerdas akan dilaksanakan oleh semua pengambil keputusan
serta para pihak terkait (stake holder).
Sumber asap hampir sama di dua
kejadian gangguan asap ekstrim dimaksud, hampir semuanya berasal terutama dari
aktivitas penyiapan lahan perkebunan. Salah satu ciri, agin bertiup umumnya
timuran hingga tenggara yang dikenal tak terlalu banyak membawa uap air. Pada
saat ini hujan akan jarang turun,
kelembaban rendah mengakibatkan rumput-rumput, serasah, ranting-ranting serta
lapisan gambut yang memang ada area itu akan mudah sekali terbakar. Sedikit
saja pemantiknya akan terjadilah kebakaran, entah itu dari korek api atau entah
dari sumber apa pun saksikan aja akan segera direspon area yang memang sudah
mengalami kekeringan pada saat kemarau itu. Beruntung kita memiliki akses
terhadapimage satelit yang dipantau oleh LAPAN dan oleh BMKG setiap saat
dapat memberikan titik-titik hotspotsyang apabila hotspots ini berlanjut
terus dalam beberapa hari tak pelak akan berubah menjadi titik api yang
kelak berpotensi menimbulkan asap secara sporadis.
Bagi sebahagian orang kondisi
kemarau seperti ini justru dijadikan peluang berusaha, menyiapkan lahan;
semudah itu menjadikan lahan untuk siap dijadikan untuk kegiatan selanjutnya
seperti mengolah tanah, penanaman atau aktivitas apalah kira-kira yang akan
dilakukan selanjutnya. Bercermin pada dua kali kejadian asap ekstrim yang di
maksud lokasi sumber asap masih di sekitar wilayah yang sama, demikian juga
sebaran asapnya. Bisakah kita jadikan ini menjadi pelajaran? Bisa bangat.
Kejadian kemarau tahun 2015 bisa dijadikan menjadi pelajaran
berharga dalam mengantisipasi kejadian serupa yang berpotensi berulang pada
tahun-tahun berikutnya. Diakui, kita dengan sukses melewati kemarau 2016, 2017,
2018 dimanatak signifikan ada gangguan asap eksrim di tiga tahun itu. Tapi
tunggu dulu salah satu penyebabnya adalah secara meteorologis tak terlalu
mendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan akibat terjadinya hujan lebih
sering atau mungkin juga tak ada niat melakukan pembakaran karena mungkin pada
periode itu saja semakin timbul kesadaran mengingat peristiwa yang dulu, asumsi
ini tersebut bisa diterima juga.
Deskripsi Sumber Asap
Memetakan sumber titik hotspot atau titik api saat ini jauh
lebih valid karena karena menggunakan teknologi satelit, validitasnya tak perlu
lagi diragukan. Titik hotspot pada
saat kemarau baik di tahun 2015 maupun 2019 dimulai Riau, Jambi demikian juga
hingga Sumatera Selatan. Dan bahkan lebih mudah mengidentifikasi daerah ini
merupakan daerah yang dikenali sebagailangganansumber asap pada saat
tiba setiap musim kemarau.
Dapat dikatakan adalah pekerjaan
tergolong sangat mudah saat ini mengakses peta hotspotyang dirilis oleh instansi kredibel seperti BMKG, LAPAN,
NOAA, GAW, Badan Lingkungan Hidup dan bahkan institusi lain yang interest dengan masalah seperti ini. Tak
mestilah dengan PC membuka web, saat ini HP Anroid pun akan mudah sekali ketika
signal ada siapapun anda akan dapat melihat peta-peta tematik yang dapat memberi informasi real-time
atau setidaknya yang kabar terbarulah (updated information) soal
intensitas kemarau dan potensi perkembangan hotspot.
Sekiranya hotspot dimaksud memiliki
kecenderungan berubah menjadi titik api tentu menjadi mudah dimonitor. Ada
sedikit upaya memainkan media komunikasi ini bisa sangat membantu membantu
mengetahui perkembangan dari waktu ke waktu. Jangan lupa berkunjung ke situs
BMKG Pusat atau Stasiun GAW Bukit Kototabang, disini akan diperoleh peta
pergerakan massa udara streamlineyang dapat menunjukkan serta gambaran
asap akan menyebar dari mana menuju kemana saja.
Mengingukti perkembangan dari
mana dan menuju ke mana saja, informasi ini bisa didapatkan secara observasi
secara visual dan alat. Asap dalam jumlah sangat sedikit memang tak terlalu
bisa dibedakan secara visual namun pada level seperti ini alat-alat umumnya
sudah sangat menyebar terutama di Dinas-dinas Lingkungan Hidup di
Kabupaten/Kota. Alat pengukur asap dan debu portabletersedia pada ukuran
partikel2.5 dan 10mikrometerseperti alat EPAM 5000itu yang pada umumnya sudah dimiliki
oleh beberapa instansi dimaksud. Pada tahap seperti ini sumber informasi
perihal asap tentu semakin banyak serta bervariasi.
Deskripsi sumber asap serta
simulasi perkembangan penyebaran asap serta terpapar asap saat ini sudah dengan
mudah dikenali maka dapat dikatakan bahwa setiap pengambil keputusan mau
melakukan upaya apa pada tahap ini menjadi lebih konkretlagi karena didasari pada masukan cepat serta data yang terjamin validitasnya.
Informasi Dini sebagai Info Intelijen
Jelaslah bagi sebahagian pihak
bilamana sudah terbiasa menggunakan tekonologi informasi di dalam membantu
manajemen dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka mereka akan
membayangkan kemudahan di dalam mengelola informasi gangguan asap ini dengan
sangat bijak, maksudnya agar informasi yang validitasnya tak diragukan itu bisa
segera dijadikan oleh siapa saja sebagai pengambil keputusan (decision maker)
yang dalam hal ini yang dimaksud adalah pihak yang memiliki otoritas di dalam
mengelola sumberdaya yang ada untuk dikerahkan pada saat yang tepat guna mendapatkan
manfaat yang optimal semisal pengurangan dampak dari gangguan asap dimaksud.
Informasi menurut sifatnya
selain valid, bernilai tinggi disebabkan tepat waktu. Jelas ada lag waktu pada saat tranportasi asap
dari sumber kebakaran hingga di daerah terdampak. Bila kebakaran hutan dan
lahan secara intensif itu terjadi di Provinsi Jambi misalnya sementara pada
waktu yang bersamaan arus angin yang melintasi kawasan ini bervariasi antara
timuran hingga tenggara, dapat dipastikan beberapa provinsi tetangganya akan
terdampak secara langsung. Pada observasi gangguan asap di kedua kejadian 2015
dan 2019 gejala ini persis seperti itu. Sumatera Barat misalnya dimulai dengan
Kabupaten terdepan Dharmasraya dan Solok Selatan terekam dengan sangat
signifikan terlebih dahulu mengalami gangguan asap. Secara perlahan dengan
mengikuti pola penyebaran seperti ini kemudian secara perlahan mempengaruhi
hampir seluruh Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Dan itu sebabnya respon
Kabupaten/Kota pada kejadian gangguan asap yang lalu seperti bergerak secara
estafet dimulai dari Dharmasraya, Solok, Limapuluh Kota, Padang Panjang,
Padang, Bukit Tinggi, Agam dan berakhir di Pasaman Barat.Perpindahan asapsangat
sporadis meliputi Sumatera, melintasi beberapa provinsibukan hanya Sumatera
Barat,Sumatera Utara dan terakhir diberitakan hingga Daerah Istimewa Aceh.
Pola seperti ini menjadi lebih
memiliki makna di dalam manajemen penanggulangan bencana alam, mungkin oleh
pihak BPBD, DLH, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan atau stake holder lainnya
dan tanpa menunggu waktu dibayangi keragu-raguan apakah sesuatu otoritas akan
berbuat apa semisal kapan sebaiknya pembagian masker hingga menghabiskan
seluruh persediaan di Gudang, dapat menjadi diniali sebagai tindakan paling
tepat. Kapan misalnya pemerintah Kabupaten/Kota mengambil kesimpulan meliburkan
anak sekolah guna mengantisipasi serta agar jangan siswa-siwi yang umumnya pada
siang hari beraktivitas di luar rumah dan sebagainya. Semuanya pengambilan
keputusan di dalam setiap episode gangguan asap ini sesungguhnya tidaklah
muncul secara tiba-tiba, ada tahapan-tahapannnya yang semuanya bisa
dimonitor serta bisa dilakukan evaluasi tahap demi tahap.
Dapat dikatakan bahwa langkah
cerdas di dalam hal penanggulangan bencana gangguan asap seperti ini terletak
pada stage pengelolaan informasi dengan benar. Tak berlebihan bila
penulis menyebutkan bahwa jenis informasi seperti ini masuk di dalam kategori informasi
intelijen. Informasi intelijen yang yang sifatnya valid, tepat waktu untuk
digunakan sebagai dasar pengambilan tindakan penanggulangan. Sebagai informasi
intelijen maka pihak yang menjadi sumber informasi pun mestilah diakui
kapabilitasnya, selain itu jalur komunkikasi yang dipakai serta pihak mana yang
dituju haruslah semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Berbeda dengan informasi
lain sejenis yang sengaja diedarkan atau yang diperuntukkan bagikebutuhan
publik. Informasi untuk publik ini hanya diperuntukkan untuk konsumsi publik
dalam rangka mengurangi kepanikan serta antisipasi perilaku yang sifatnya
secara individu.
Sebagai contoh bisa saya
sebutkan grafik yang menggambarkan dinamika PM10, yaitu partikel padat ukuran sangat kecil di udara seperti asap
itu. Selama bulan September 2019 yang diukuralat BAM 1020 di GAW Bukit
Kototabang, dengan ketelitian yang
sangat bisa dipertanggugnjawabkan dengan gambaran sebagai berikut ini. Penulis
menyebutkan ada beberapa fase-fase yang satu fase intermittent (sesekali
muncul), yaitu terdeksinya PM10 yang mulai cenderung mulai melonjak naik
dari kategori baikkemudian beranjak menuju kategori sedangyaitu
pada sekitar pertengahan bulan Agustus 2019. Bisa saja karena kesempatan kejadian
kebakarannya masih amat kurang atau hujan masih kerap berlangsung di area
sumber asap itu sebabnya disebut intermittent.
Fase mulai gangguan asap, itu dimulai pada pertengahan bulan September
2019 dan terakhir berada pada Fase puncak gangguan asap, yaitu tanggal 23
September 2019.
Ketiga fase yang disebutkan sudah melintasi hampir semua kategori yang
dimulai setiap hari biasanya terukur baik di GAW Kototabang menuju sedang,
tidak sehat, sangat tidak sehat dan puncaknya itu lho : berbahaya
bagi kesehatan! Atau di dalam grafik 482mikro gram per meter kubik
berlangsung pada pukul 10.00 WIB. Bagi penulis sendiri hasil pengukuran
tertinggi seperti ini adalah monumental dan mengakibatkan penulis
semakintermotivasi, berjanji kepada diri sendiri akan giat di dalam semua
aktivitas yang berhubungan dengan penanggulangan bencana alam sekali pun hanya secara
sukarela.
Penutup
Ketika kita memiliki banyak informasi satu keterampilan yang
dibutuhkan adalah tentu memilah-milah informasi itu mana yang perlu dan mana
yang kurang perlu atau bahkan informasi
yang perlu diabaikan sama sekali. Informasi potensi asap menurut penulis masuk
dalam kategori informasi intelijen, yang sangat penting diteruskan kepada
pengambil keputusan. Bila digunakan secara tepat dan penuh tanggungjawab dapat
dibayangkan akan membawa dampak yang luas bagi keselamatan masyarakat.
Informasi ini sangat berguna bila validitasnya tinggi dan tepat waktu. Bercermin
pada dua kali gangguan asap ekstrim pada tahun 2015 dan 2019 semoga artikel ini
menjadi sumber inspirasibagi stake holder penanggulangan bencana dan juga terutama
bagi kaum millenial yang kita ketahui memiliki akses sangat banyak kepada berbagai
informasi.
Akhirnya, sesungguhnya pelajaran apa yang kita dapat ketika
bercermin pada kejadian dua gangguan asap ini, hargailah serta kelola informasi
dengan baik sebagai informasi intelijen untuk membantu kesiagaan kita jauh-jauh
hari sebelum timbulnya bencana.
Penulis : Manat
Panggabean / Analis, bekerja di Global Atmoshere Watch Bukit Kototabang.
Silahkan Bagikan Berita Ini